Monday, May 18, 2015

Karakteristik dan Cara Kerja Transistor Sebagai Swicth

Transitor Sebagai Switch (Saklar)

Pada rangkaian transistor penguat sinyal AC, bias tegangan pada transistor akan selalu berperasi pada kondisi aktif. Tetapi jika transistor diberikan bias DC maka transistor akan bekerja seperti saklar dengan cara mengontrol arus pada kaki basisnya. Jika kaki basis diberi arus yang besar maksimal sama dengan tegangan supply, maka transistor akan berada pada kondisi ON seperti saklar tertutup yaitu arus akan mengalir antara kolektor dan emiter. sebaliknya jika arus yang diberikan ke kaki basis sangat kecil transistor akan seperti saklar terbuka atau kondisi OFF.

Rangkaian switch dengan transistor banyak digunakan sebagai pengontrol relay, motor, selenoid dan lampu atau sebagai driver input-output pada rangkaian IC digital (TTL). Cara kerja transistor sebagai saklar berada pada 2 keadaan yaitu; kondisi Saturasi (switch ON) dan kondisi Cut-Off (switch OFF), untuk lebih jelasnya perhatikan gambar grafik dibawah ini:

Wilayah Fully-Off (Cut-Off) Transistor

Ketika arus yang masuk ke kaki basis sangat kecil bahkan mendekati nol, kondisi ini mengakibatkan transistor berada pada dkondisi Cut-Off sehingga arus pada kolektor mejadi nol dan besar tegangan antara kaki kolektor dan emitter sama dengan supply (VCC). kondisi ini tidak ada arus mengalir antara kaki kolektor dan emiter seperti saklar terbuka atau OFF. Perhatikan gambar dibawah ini:

Cut-off Transistor
Cut-off Transistor


Karakteristik Cut-Off Transistor

  • Tegangan basis emiter (VBE) kurang dari 0,7V.
  • kondisi forward bias antara kaki Basis dan kaki Emiter
  • kaki basis - kolektor pada kondisi reverse bias
  • Tidak ada arus yang mengalir ke kolektor atau IC = 0
  • Vout = VCE = VCC = 1
  • Transistor beroperasi seperti saklar terbuka.
  • Kaki basis harus lebih negatif dari emiter untuk transistor jenis NPN, dan untuk transistor tipe PNP arus basis harus lebih positif dari kolektor.

Wilayah Saturasi Transistor

Transistor akan berada pada kondisi saturasi jika arus yang masuk ke kaki basis sangat besar, bahkan sampai ketitik jenuh sehingga arus pada kaki kolektor akan maksimum (IC=VCC/RL). Kondisi seperti ini diibaratkan seperti saklar pada posisi ON. Perhatikan gambar berikut:

Saturasi Transistor
Saturasi Transistor


Karakteristik Saturasi Transistor

  • Tegangan basis - emiter (VBE) lebih besar dari 0,7V
  • Kondisi Basis - emiter adalah forward bias
  • Kondisi basis - kolektor adalah forward bias
  • Arus yang mengalir pada kolektor adalah maksimum (Ic = Vcc/RL)
  • Tegangan kolektor - emiter (VCE = 0)
  • VOUT = VCE = 0
  • Transistor beroperasi seperti saklar tertutup.
  • Kaki basis harus lebih positif dari emiter untuk transistor jenis NPN, dan untuk transistor tipe PNP arus basis harus lebih negatifdari kolektor. 

Cara Menghitung Resistor basis Transistor Sebagai Switch

Arus pada kaki kolektor dapat diatur sesuai kebutuhan dengan cara memasang resistor pembatas arus pada kaki basis, untuk menghitung berapa nilai yang tepat berlaku rumus berikut ini:


IB = IC
RB = (VIN - VBE) / IB

dimana RB = R basis, VBE = tegangan basis-emiter, IB = arus basis

Contoh:
Jika sebuah transistor memiliki nilai β = 200, dibuat rangkaian switch dengan supply 5V, dibutuhkan arus output kolektor 100mA untuk mendrive sebuah relay. hitunglah arus basis minimal sehingga transistor mencapai titik saturasi, dan berapa resistor basis yang diperlukan?

Jawab:
IB = IC
IB = 100mA/200 = 0,5mA

RB = (VIN - VBE) / IB
RB = (5V - 0,7) / 0,0005A
RB = 8600Ω = 8,6KΩ 
 Jadi resistor basis yang harus dipasang maksimal 8,6k.

Catatan:
  • Pergunakan transistor dengan spesifikasi arus kolektor yang lebih besar dari kebutuhan
  • Jika arus kolektor yang dibutuhkan sangat besar maka dapat menggunakan dua buah transistor yang dirangkaian secara darlington, hal ini akan dibahas secara khusus pada artikel mengenai transistor darlington.

Tuesday, May 5, 2015

Teori, Jenis, Simbol dan Karakteristik Resistor

Teori Resistor

Besar arus dan tegangan pada sebuah rangkaian elektronika disesuaikan dengan kebutuhan setiap komponen pada setiap blok rangkaian, jangan sampai melebihi batas maksimalnya karena akan mempengaruhi kerja dari sebuah blok rangkaian seperti cacat sinyal atau bisa mengakibatkan kerusakan komponen, dan juga jangan terlalu rendah karena kemungkinan rangkaian tidak bekerja optimal atau menghasilkan cacat sinyal. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan komponen yang mampu mengatur kebutuhan arus dan tegangan pada rangkaian, dan komponen tersebut adalah Resistor (R).

Resistor atau tahanan memiliki satuan nilai Ohm (Ω), sehingga ditemukanlah sebuah rumus yang dikenal dengan hukun Ohm (Ohm Law) untuk menghitung besar arus dan tegangan yang dihasilkan dari sebuah rangkaian resistor. Nilai resistor tersedia mulai dari ukuran terkecil 0,1 sampai ukuran terbesar dengan satuan MegaOhm (Jutaan Ohm).

Resistor
Resistor
Arus yang mengalir dapat dibatasi dengan resistor, contohnya pada resistor pembatas arus pada LED, Transistor atau komponen semikonduktor lainya yang rentan rusak akibat arus yang terlalu besar. Dan untuk mengatur besar tegangan contohnya pada rangkaian resistor pembagi tegangan atau  dikenal dengan Voltage Divider Resistor, atau pada pull down - pull up resistor input atau output IC digital (TTL)

Penjelasan diatas merupakan fungsi resistor sendiri terhadap arus dan tegangan, tetapi jika resistor dirangkai dengan komponen kapasitor dan induktor maka akan memiliki fungsi lain yaitu sebagai filter frekuensi.

Model dan Simbol Resistor

Model resistor ada dua, selain resistor yang memiliki nilai tetap, ada juga resistor yang nilainya bisa berubah secara manual seperti potensiometer dan nilainya berubah karena efek sensor seperti pada LDR yang nilainya resistansinya akan berubah karena intensistas cahaya yang mengenainya. Tetapi mereka tetap memiliki batas maksimum nilai resistansinya.

Kode yang dipakai sebagai standar internasional untuk komponen resistor adalah "R", dan ada dua simbol resistor yang digunakan pada skema rangkaian elektronika yaitu model kotak dan zig-zag. Berikut ini tabel simbol reistor dan beberapa contoh gambar model resistor.

Jenis dan Simbol Resistor
Jenis dan Simbol Resistor
  • LDR
Cahaya terang, redup atau gelap dapat merubah nilai resistansi sebuah LDR (Light Dependent Resistor). Bagian utama dari komponen ini adalah sensor photo resistif yang berfungsi menangkap intensitas cahaya sebuah LDR. Nilai resitansi akan semakin besar mencapai 10M ketika cahaya yang mengenai LDR semakin gelap dan sebaliknya semakinterangnya cahaya yang mengenai LDR akan mengecil sampai sekitar 100Ω. Dengan kata lain sensor cahaya adalah sebutan yang paling dikenal untuk LDR.
  • Thermistor (PTC / NTC)
Sensor suhu adalah sebutan yang populer untuk komponen Thermistor (Thermal Resistor), karena fungsinya komponen ini terbagi dua jenis yaitu PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative Temperature Coefficient). semakin memanas suhu maka akan nilai resistansi akan membesar ini sifat yang dimiliki oleh PTC, dan menurunya nilai resistansi seiring mamanasnya suhu adalah sifat dari NTC.

Jenis dan Karakteristik Resistor

Untuk mengurangi masalah pada suatu rangkaian yang memerlukan akurasi tinggi, maka perlu diperhatikan resistor yang akan digunakan. Karakteristik setiap jenis resistor berbeda-beda, seperti rating tegangan dan arusnya, stabilitasnya, rating temperaturnya, dll. tetapi pada dasarnya yang membedakan jenis dari resistor adalah bahan dasar pembuatannya. Dibawah ini saya coba jelaskan karakteristik dari beberapa jenis bahan resistor sebagai berikut:

1.Resistor Karbon.


Resistor Karbon
Resistor Karbon
Bahan dasar resistor karbon adalah serbuk karbon bertimbal yang dikomposisikan dengan keramik dan dikemas secara padat. Bersifat non induktif, batas daya mulai dari 1/4w sampai 2w, dan toleransi yang dimiliki mulai dari 5 s/d 20%, pada awal diproduksi resistor karbon memiliki nilai terkecil 1Ω dan nilai terbesar yang tersedia dipasaran adalah sampai 22MΩ, tetapi sayang sekarang hanya tersedia beberapa nilai saja. kelebihan reisistor ini ialah bekerja baik pada frekuensi tinggi tetapi kelemahannya jika panas menjadi tidak stabil.

2. Resistor Film


Resistor Film
Resistor Film
Resistor Film terdiri dari resistor metal film, resistor karbon film, dan Resistor oksida film, bahan dasarnya adalah metal murni seperti logam nikel atau oksida timah dan karbon yang dibentuk spiral (lilitan) diatas batang keramik bubuk yang dipadatkan atau substrat. Ketebalan dan kerapatan spiral menentukan nilai resistansi dari resistor film.

Jika dibandingkan dengan karbon film, resistor metal film memiliki stabilatas temperatur yang sangat baik dan noise yang dihasilkan rendah sekali (low noise) sehingga sangat baik digunakan untuk aplikasi frekuensi tinggi atau rangkaian radio frekuensi. Sedangkan resistor oksida film memiliki spesifikasi sangat baik dengan daya yang sangat tinggi dibanding resistor metal film.

Resistor film bekerja baik untuk daya rendah, dipasaran tersedia mulai 0,25w sampai dengan 2w dengan nilai terkecil mulai dari 0,1Ω sampai nilai terbesar 10MΩ. Kode resistor film diawali dengan "MFR" (contoh MFR 10KΩ), dan toleransi tersedia mulai dari 0,1% sampai tertinggi 5%. Sedangkan resistor karbon film diawali dengan kode "CF" (contoh CF 10kΩ) dan memiliki toleransi mulai dari 5% sampai 10%

3. Resistor Wirewound.


Resistor Wirewound
Resistor Wirewound
Bahan dasar resistor wirewound adalah kawat tipis nichrome atau sejenisnya yang dililitan secara spiral diatas kore keramik, biasanya digunakan untuk rangkaian daya besar dan resistor ini tersedia sampai 300w, namun nilai resistansi yang ada  terbatas mulai dari 0.01Ω s/d 100kΩ. resistor ini banyak dipakai pada rangkaian jembatan Whetstone. Memiliki resistansi antara 1 s/d 10%.
"Chassis Mounted Resistor" adalah sebutan lain dari resistor wirewound karena spek daya yang besar sehingga harus ditempelkan ke pendingin atau sasis untuk membuang panas yang dihasilkan.


Ada resistor yang lebih baik lagi secara spesifikasinya, seperti stabilitas temperaturnya, sangat low noise dan juga rating tegangan yang tinggi, resistor ini adalah resistor thick film yang dikenal sebagai resistor SMD (Surface Mount Resistors), kelemahan yang dimiliki reisstor ini cuma daya dan arus yang dimilikinya kecil.

Monday, May 4, 2015

Cara Menghitung Nilai Kode Warna Resistor

Kode Warna Resistor

Kenapa nilai resistor dikodekan dengan warna?.. sebetulnya pemakain kode warna ini adalah untuk mempermudah dalam pembacaan nilai resistansi sebuah resistor. Kode warna ini sengaja dibuat melingkar pada badan resistor supaya dapat mudah membaca dari sisi manapun. Kode warna ini ditemukan sekitar tahun 1920 oleh sebuah organisasi industri elektronik di Amerika dan Eropa.  Dan sekitar tahun 1957 ditetapkan menjadi standar internasional yang dikenal dengan standar EIA-RS-279.

Standar EIA-RS279 menetapkan model penghitungan kode warna menjadi tiga yaitu pengkodean empat warna dan lima warna yaitu hanya untuk menghitung nilai resistor dan toleransinya, dan pengkodean dengan enam warna yang dilengkapi dengan warna untuk nilai daya resistornya. Cara menghitung dari ketiga jenis pengkodean itu sedikit berbeda yaitu untuk nilai perkaliannya berada pada warna ke tiga untuk pengkodean dengan 4 warna, dan pada warna ke empat untuk pengkodean 5 warna sedangkan warna terakhir sama sebagai kode warna untuk nilai toleransi. Sedangkan untuk pengkodean 6 warna cara menghitungnya sama seperti kode 5 warna sedangkan warna ke enamnya sebagai nilai daya resistor tersebut. Untuk jelasnya cara menghitung kode warna dan untuk mempermudah menghapal nilai dari setiap kode warna bisa dilihat dari gambar dan tabel dibawah ini:

Kode Warna Resistor
Tabel dan Cara Menghitung Kode Warna Resistor

Batas daya pada resistor dengan pengkodean 3 dan 4 warna biasanya cukup dilihat dari ukuran fisik resistor, dan bukan sesuatu yang sulit jika sobat sudah terbiasa menggunakan komponen resistor. Bagi para pemula terutama siswa yang masih belajar elektronik ada cara untuk memudahkan menghapal kode-kode warna resistor, hampir semua guru elektronik memberi cara ini. Caranya yaitu dengan mengambil kasokata depannya saja dari setiap warna secara berurutan sesuai tabel diatas, seperti dibawah ini:



Cara penulisan resistor ada beberapa model, perhatikan contoh penulisan nilai resistor dari ukuran terkecil sampai nilai terbesar sebagai berikut:

0.47Ω = R47 atau 0R47
680Ω = 680R atau 0K68
680KΩ = 680K atau 0M68
1MΩ = 1M0

Toleransi Resistor

Toleransi resistor adalah perbedaan antara nilai resistor yang tertulis terhadap nilai sebenarnya yang terukur. Perbedaan nilai ini terjadi saat memproduksi komponen tersebut akibat sedikit perubahan karakter bahan dasar karena efek panas, kepresisian, konstruksi bahan dll. perbedaan nilai yang tertulis dengan nilai real yang terukur biasanya berkisar 1% hingga 20% tergantung bahan dasar resistor yang digunakan. Satu contoh, sebuah resistor tertulis memiliki nilai 1kΩ dengan toleransi ± 20 % artinya jika resistor tersebut diukur dengan alat ukur ohm meter nilai yang akan terukur antara minimal 800Ω sampai dengan maksimal 1k2Ω, perhatikan penjelasan berikut ini:
 
Nilai maksimum
 1kΩ atau 1000Ω + 20% = 1,200Ω

Nilai minimum
1kΩ atau 1000Ω – 20% = 800Ω

Selain dengan kode warna, nilai toleransi ada juga yang ditulis dengan hurup sebagai kodenya, contohnya pada resistor-resistor daya besar seperti resistor karbon yang berwana putih yang biasa dipakai pada penguat akhir amplifier tertulis nilai resistor 5k6 J  artinya resistor tersebut memiliki nilai resistansi 5600Ω  dengan tolerasni 5%. Kode-kode hurup untuk nilai toleransi adalah sebagai berikut:

        B artinya 0,1%, C artinya 0,25%, D artinya 0,5%, F artinya 1%, G artinya 2%, J artinya 5%,
K artinya 10% dan M artinya 20%